Senin, 18 Februari 2008

Salah kirim Email


Sepasang suami isteri setengah baya yang sama-sama dari kalangan profesional merasa penat dengan kesibukan di ibukota.

Mereka memutuskan untuk berlibur di Bali. Mereka akan menempati kembali kamar hotel yang sama dengan ketika mereka berhoneymoon saat menikah 30 tahun yang lalu. Karena kesibukannya, sang suami harus terbang lebih dahulu dan isterinya baru menyusul keesokan harinya.

Setelah check in di hotel di Bali, sang suami mendapati pesawat komputer yang tersambung ke internet telah terpasang di kamarnya.

Dengan gembira ia menulis e-mail mesra kepada isterinya di kantornya di Jalan Sudirman, Jakarta. Celakanya, ia salah mengetik alamat e-mail isterinya dan tanpa menyadari kesalahannya ia tetap mengirimkan e-mail tersebut.

Dilain tempat di daerah Cinere, seorang wanita baru kembali dari pemakaman suaminya yang baru saja meninggal. Setibanya di rumah, ia langsung mengecheck e-mail untuk membaca ucapan-ucapan belasungkawa.

Baru saja selesai membaca e-mail yang pertama, ia langsung jatuh pingsan tak sadarkan diri. Anak sulungnya yang terkejut kemudian membaca e-mail tersebut (tak lama kemudian jatuh pingsan juga), yang bunyinya :




To: Isteriku tercinta

Subject: Papah sudah sampai Mah !!!

Date: 18 Mei 2006

Aku tahu pasti kamu kaget tapi seneng dapat kabar dariku.

Ternyata disini mereka udah pasang internet juga, katanya biar bisa berkirim kabar buat orang-orang tercinta di rumah. Aku baru sampai dan sudah check-in. Katanya mereka juga sudah mempersiapkan segalanya untuk kedatanganmu besok. Nggak sabar deh rasanya nungguin kamu. Semoga perjalanan kamu kesini juga mengasyikkan seperti perjalananku kemaren.

Love you Mom,

Papah

PS: Disini lagi panas-panasnya. Kalau pada mau, anak-anak diajak aja .

REFLEKSI


Reflexion

Di salah satu gereja di Eropa Utara, ada sebuah patung
Yesus Kristus yang
disalib, ukurannya tidak jauh berbeda dengan manusia
pada umumnya. Karena
segala permohonan pasti bisa dikabulkan-Nya, maka
orang berbondong-bondong
datang secara khusus kesana untuk berdoa, berlutut dan
menyembah,hampir
dapat dikatakan halaman gereja penuh sesak seperti
pasar.

Di dalam gereja itu ada seorang penjaga pintu, melihat
Yesus yang setiap
hari berada di atas kayu salib, harus menghadapi
begitu banyak permintaan
orang, ia pun merasa iba dan di dalam hati ia berharap
bisa ikut memikul
beban penderitaan Yesus Kristus. Pada suatu hari, sang
penjaga pintu pun
berdoa menyatakan harapannya itu kepada Yesus.


Di luar dugaan, ia mendengar sebuah suara yang
mengatakan, "Baiklah! Aku
akan turun menggantikan kamu sebagai penjaga pintu,
dan kamu yang naik di
atas salib itu, namun apapun yang kau dengar,
janganlah mengucapkan sepatah
kata pun." Si penjaga pintu merasa permintaan itu
sangat mudah.


Lalu, Yesus turun, dan penjaga itu naik ke atas,
menjulurkan sepasang
lengannya seperti Yesus yang dipaku diatas kayu salib.
Karena itu
orang-orang yang datang bersujud, tidak menaruh curiga
sedikit pun. Si
penjaga pintu itu berperan sesuai perjanjian
sebelumnya, yaitu diam saja
tidak boleh berbicara sambil mendengarkan isi hati
orang-orang yang datang.


Orang yang datang tiada habisnya, permintaan mereka
pun ada yang rasional
dan ada juga yang tidak rasional, banyak sekali
permintaan yang aneh-aneh.
Namun, demikian, si penjaga pintu itu tetap bertahan
untuk tidak bicara,
karena harus menepati janji sebelumnya.


Pada suatu hari datanglah seorang saudagar kaya,
setelah saudagar itu
selesai berdoa, ternyata kantung uangnya tertinggal.
Ia melihatnya dan
ingin sekali memanggil saudagar itu kembali, namun
terpaksa menahan diri
untuk tidak ber bicara. Selanjutnya datanglah seorang
miskin yang sudah 3
hari tidak makan, ia berdoa kepada Yesus agar dapat
menolongnya melewati
kesulitan hidup ini. Ketika hendak pulang ia menemukan
kantung uang yang
ditinggalkan oleh saudagar tadi, dan begitu dibuka,
ternyata isinya uang
dalam jumlah besar. Orang miskin itu pun kegirangan
bukan main, "Yesus
benar-benar baik, semua permintaanku dikabulkan!"
dengan amat bersyukur ia
lalu pergi.


Diatas kayu salib, "Yesus" ingin sekali
memberitahunya, bahwa itu bukan
miliknya. Namun karena sudah ada perjanjian, maka ia
tetap menahan diri
untuk tidak berbicara. Berikutnya, datanglah seorang
pemuda yang akan
berlayar ke tempat yang jauh. Ia datang memohon agar
Yesus memberkati
keselamatannya. Saat hendak meninggalkan gereja,
saudagar kaya itu
menerjang masuk dan langsung mencengkram kerah baju si
pemuda, dan memaksa
si pemuda itu mengembalikan uangnya. Si pemuda itu
tidak mengerti keadaan
yang sebenarnya, lalu keduanya saling bertengkar.


Di saat demikian, tiba-tiba dari atas kayu salib
"Yesus" akhirnya angkat
bicara. Setelah semua masalahnya jelas, saudagar kaya
itu pun kemudian
pergi mencari orang miskin itu, dan si pemuda yang
akan berlayar pun
bereggas pergi, karena khawatir akan ketinggalan
kapal.

Yesus yang asli kemudian muncul, menunjuk ke arah kayu
salib itu sambil
berkata, "TURUNLAH KAMU! Kamu tidak layak berada
disana." Penjaga itu
berkata, "Aku telah mengatakan yang sebenarnya, dan
menjernihkan persoalan
serta memberikan keadilan, apakah salahku?"


"Kamu itu tahu apa?", kata Yesus. "Saudagar kaya itu
sama sekali tidak
kekurangan uang, uang di dalam kantung bermaksud untuk
dihambur-hamburkannya. Namun bagi orang miskin, uang
itu dapat memecahkan
masalah dalam kehidupannya sekeluarga. Yang paling
kasihan adalah pemuda
itu. Jika saudagar itu terus bertengkar dengan si
pemuda sampai ia
ketinggalan ka pal, maka si pemuda itu mungkin tidak
akan kehilangan
nyawanya. Tapi sekarang kapal yang ditumpanginya
sedang tenggelam di tengah
laut."


Ini kedengarannya seperti sebuah anekdot yang
menggelikan, namun dibalik
itu terkandung sebuah rahasia kehidupan...


Kita seringkali menganggap apa yang kita lakukan
adalah yang paling baik,
namun kenyataannya kadang justru bertentangan. Itu
terjadi karena kita
tidak mengetahui hubungan sebab-akibat dalam kehidupan
ini.


Kita harus percaya bahwa semua yang kita alami saat
ini, baik itu
keberuntungan maupun kemalangan, semuanya merupakan
hasil pengaturan yang
terbaik dari Tuhan buat kita, dengan begitu kita baru
bisa bersyukur dalam
keberuntungan dan kemalangan dan tetap bersuka cita.


Sebab kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja
dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan buat kita.
(Roma 8:28)